Youtube

Arsip

Selasa, 03 Mei 2011

MUHASABAH MERUPAKAN KARAKTERISTIK SEOANG MUSLIM






 “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
( Al- Hasyr: 18 )

Setiap orang apapun profesinya, pasti menginginkan kwalitas diri menuju tingkat yang paling ideal dalam semua sisinya, baik ilmu moral, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. Salah satu sarana yang dapat menghantarkan manusia mencapaitingkat kesempurnaan sebagai manusia dan hamba Allah yang beriman adalah dengan muhasabah atau evaluasi diri.

Muhasabah termasuk Qodhoya imaniyah, permasalahan yang sangat menentukan keimanan. Begitu pentingnya muhasabah sehingga menjadikan muhasabah sebagai salah satu Qodhoya imaniyah. Oleh karena itu Allah SWT membuka ayat muhasabah tadi diatas dengan seruan mesra pada orang-orang yang beriman “Hai orang-orang yang beriman” Artinya barometer keimanan seorang mukmin sangat ditentukan oleh sejauh mana ia menerapkan muhasabah dalam kehidupannya.
Untuk itu seorang mukmin tidak akan pernah berhenti untuk melakukan muhasabah terhadap dirinya atas kebaikan dan keburukan yang telah dikatakan atau dikerjakan, kita teliti sejauh mana kehidupan kita? Apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai agama? Baik dalam kapasitas sebagai pejabat, karyawan, orang tua, pelaku bisnis, politikus, budayawan, guru, jurnalis, bahkan sebagai kader dakwah pun dan lain sebagainya. Sudah sepantasnya kita selalu menghisab kebaikan dan keburukan yang kita miliki dan merenungi apa jadinya jika menghadap Allah di akhirat kelak jika diri kita dalam kondisi belepotan dosa dan nista?.
Pada saat Ibnu Katsir menafsirkan ayat diatas beliau berkata “Maknanya: Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisah. Dan lihatlah amal-amal shalih yang telah kalian tabung untuk diri kalian pada hari kalian kembali dan pertemuan kalian dengan Rabb kalian. Tidak ada sesuatu apapun pada diri kalian yang tidak diketahui Allah.
Sebelumnya Umar bin Khathab RA sebagai mana diriwayatkan Imam Ahmad dalam kitabnya Az Zuhd pernah berkata: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, karena lebih mudah bagi kalian menghisab diri kalian hari ini dari pada besok hari kiamat. Dan bersiaplah untuk menghadapi pertemuan terbesar, ketika itu kalian diperlihatkan/dibeberkan dan tidak ada sesuatu pun pada kalian yang tersembunyi.

Jika kita membuka lembaran-lembaran biografi manusia-manusia unggulan yang berpengaruh dalam peradapan dunia dari generasi terbaik umat ini, kita akan temukan kehidupan mereka tidak pernah sepi dari muhasabah, padahal mereka begitu banyak mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai macam keta’atan, cepat merespon semua seruan Allah, meskipun demikian mereka tetap merasa takut bila amal-amal mereka tidak diterima oleh Allah SWT.
Abu Bakar Ash Siddiq misalnya, pernah memegang lidahnya seraya berkata “ Lidah inilah yang menjerumuskan  aku kedalam banyak lubang kesalahan”. Beliau sering menangis dan juga pernah berkata “ Demi Allah sungguh aku berharap bisa menjadi pohon yang dimakan dan dilumat saja tanpa diminta pertanggung jawaban”.
Umar bin Khathab sangking seringnya menangis sampai terlihat diwajahnya dua goresan hitam bekas tangisan, padahal semua orang tahu betapa kekar dan beraninya beliau. Ibnu Abas mengomentari hal ini seraya mengatakan :”Allah telah membukakan melalui engkau banyak kemenangan=kemenangan” Umar berkata: “Aku sangat berharap menjadi orang yang selamat (dihisab) tanpa pahala dan dosa.
Ustman bin Affan setiap kali berhenti pada suatu kuburan selalu menangis, sampai-sampai air matanya membasahi jenggotnya. Beliau berkata: “ Seandainya aku diantara surga dan neraka, tidak tahu aku diperintahkan masuk kemana, niscaya aku memilih untuk menjadi abu saja sebelum aku tahu kemana aku ditempatkan .
Demikian pula dengan Ali bin Abi Thalib, beliau dikenal banyak menangis dan merasa takut serta banyak muhasabah.
Mereka berempat adalah termasuk khulafa’ur Rosyidin dan manusia-manusia terbaik sejagad raya ini setelah Rosulullah SAW, namun hari-hari mereka tidak pernah berlalu tanpa muhasabah, dan inilah yang membawa mereka pada kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Karenanya Allah memuji mereka dan orang-orang yang satu visi dan misi dengan mereka dalam firmanNya Q.S Al Mu’minun 57-60


“ Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka,”
  

“ Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, “

  
“ Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), “




“ Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka “

Tentang ayat ini Aisyah pernah bertanya kepada Rosulullah “ Apakah mereka adalah orang-orang yang biasa minum khamr, berzina, dan mencuri? “ Rosulullah menjawab:  “Bukan wahai putri Ash Siddiq, melainkan mereka adalah orang-orang yang rajin puasa, shalat, shodaqoh, tetapi selalu merasa takut, jangan-jangan Allah tidak menerima amalan-amalan mereka, mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk mendapatkan kebaikan-kebaikan.

Muhasabah terbagi menjadi dua macam, yang pertama muhasabah sebelum melakukan suatu perbuatan, yang kedua muhasabah setelah selesai melakukan perbuatan. Muhasabah sebelum melakukan suatu perbuatan yaitu, seseorang berpikir diawal tekad dan keinginan sertra tidak terburu-buru melakukan suatu perbuatan, hingga ia mendapatkan kejelasan tentang perbuatan tersebut. Imam Hasan Al-Bashari berkata: “semoga Allah memberikan rahmat kepada seorang hamba yang berpikir disaat akan berbuat sesuatu, jika perbuatan itu karena Allah maka akan ia lanjutkan, namun jika perbuatan itu karena hal-hal lain maka ia akan meninggalkanya.
Sedangkan muhasabah yang kedua, muhasabah setelah selesai melakukan perbuatan terbagi menjadi tiga jenis:
Yang pertama, muhasabah atas ketaatan kepada Allah SWT yang ia lalaikan sehingga ia tidak melaksanakannya sebagaimana mestinya
Yang kedua, muhasabah terhadap setiap perbuatan yang lebih baik ditinggalkankan dari pada dikerjakan.
Yang ketiga, muhasabah terhadap hal-hal mubah yang bersifat, kenapa kita mengerjakanya?. Apakah dengan perbuatan itu kita inginkan Allah dan akhirat? Sehingga kita menjadi orang yang beruntung. Ataukah kita mengerjakanya hanya karena menginginkan dunia? Sehingga mengalami kerugian dan tidak mendapatkan keuntunga dangan itu.

Yang menarik dari surat Al- Hasyr, bahwa begitu pentingnya muhasabah dan merancang setrategi untuk kehidupan masa depan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat, maka sampai diapit oleh dua perintah taqwa “ Bertaqwalah kepada Allah “. Hal ini menunjukan bahwa orang yang bertaqwa adalah selalu melakukan muhasabah terhadap semua sepak terjang kehidupanya, sekaligus memberikan pemahaman kepada kita muhasabah itu akan efektif  jika senantiasa diiringi dengan taqwa. Dan orang yang bertaqwa senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapi hari kiamat yang diredaksikan oleh Allah dalam ayat tadi “ lighadin “ untuk hari esok. Hal ini dikarenakan amat dekatnya hari kiamat dan pasti akan tiba saatnya. Kata kunci untuk keselamatan kita dihari yang sangat mengerikan itu adalah muhasabah.
Hasan Al- Bashari berkata: “ Seseorang senantiasa baik selagi ia mempunyai penasehat dari dirinya sendiri dan muhasabah menjadi keinginanya.
Semoga diakhir hayat kita termasuk orang-orang yang mendapatkan naungan dan perlindungan dari Allah sang pemilik segala dan menjadikan surga sebagai buah manis dari perjuangan dan amalan kita,..subbhanallah ...hassbunallah wani’malwakil ni’malmaulawani’mannasir.
(´'`v´'`)
`•.¸.•´
.¸.•´¸.•*¨)¸.•*¨)
(¸.•´ (¸.•´¸¸.¨¨`♥ ~ W4h703 ~ ♥

0 komentari ya??:

Posting Komentar