Youtube

Arsip

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Gmorak marik yok ben.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 28 Mei 2011

Cukuplah Kematian Sebagai Nasihat

 “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)
Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.
Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.
~Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga~
Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.
Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”
Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, “Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan.” Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.
Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, “Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul….”
~Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa....~
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.
Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.
Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.
Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.
~Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa~
Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.
Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang.
Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.
Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.
~Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara~
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.
Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.
~Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga~
Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.
Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” dengan menyebut, “Ad-Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat akhirat).
Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.

Rabu, 18 Mei 2011

•.¸ Renungkanlan lantunan syair Bingkai kehidupan ¸.•'´

Mengarungi samudera kehidupan
Kita ibarat para pengembara
Hidup ini adalah perjuangan
Tiada masa tuk berpangku tangan
Setiap tetes peluh dan darah
Tak akan sirna di telan masa
Segores luka di jalan Allah
Kan menjadi saksi pengorbanan
(SEBAB INILAH YANG AKAN MENJADI SAKSI DIHADAPAN ALLAH, BADAN YANG TERLUKA, HARTA YANG DIINFAQKAN, DARAH YANG MENETES. SEMUA....SEMUANYA...)

Allah ghoyatuna
Arrosul qudwatuna
Alqur’an dusturuna
Aljihad sabiluna
Almautu fi sabilillah
Asma’ amanina

Allah adalah tujuan kami
Rasulullah teladan kami
Al Qur'an pedoman hidup kami
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi


Pada Awalnya…
“Maka, jika antum  memutuskan untuk menjadi aktivis da`wah, bersiaplah menghadapi banyak tantangan, karena menjadi aktivis da`wah berarti terlibat dalam suatu proses perjuangan seumur hidup”.

 “Dan jika ternyata semua serangan itu terlalu kuat dan tak mampu lagi antum atasi, maka bersiaplah sejak awal untuk menerima kenyataan bahwa antum gagal sebagai aktivis da`wah”.
 

“sampai disini, jika antum memang tetap yakin akan menjadi aktivis da`wah ada baiknya antum teruskan membaca risalah ini. Sebaliknya jika antum tidak yakin, lebih baik lupakan saja risalah ini dan carilah jalan lain yang memang akan membawa antum kepada keberuntungan kebendaan dan kemasyuran nama, bukan jalan para aktivis da`wah”.

 Ikhwah Fillah,
Syukur kita panjatkan kepada Allah Ta’ala, karena sampai saat ini, dimana para penghasung da`wah diberi kesempatan untuk melakukan perjuangan dalam medan jihad ini. Kita masih diberi kesempatan untuk turut serta membersamainya, karena didalamnya terkandung makna kesungguhan dan totalitas pengorbanan baik materi maupun tenaga hingga jiwa. Kesempatan membersamai panjangnya jalan da`wah inilah, kita anggap sebagai uji coba buah tarbiyah yang selama ini kita tapaki. Shalawat beriring salam tercurah atas junjungan nabi Muhammad SAW, lewat tarbiyahnya kita merasakan manisnya iman dan ukhuwah bersama saudara-saudara seiman dalam barisan panjang kafilah mulia ini.

Jalan da`wah, sebuah jalan yang mungkin menjadi jalan alternatif kesekian dari banyaknya jalan yang Allah hamparkan diatas muka bumi, yang diambil oleh para hambanya. Jalan yang terjal, panjang, penuh liku dan kelok, cobaan yang tidak saja menyedihkan tetapi justru kesenangan dan sanjungan yang perlu diwaspadai oleh pelaku da`wah. Atas semuanya seharusnya tumbuh benih kesiapan, tidak saja kesiapan untuk tidak menjadi apa-apa atas jalan ini, tetapi juga kesiapan untuk menjadi apa-apa diatas jalan ini, ikhwah, inilah bunga-bunga kefahaman yang menghasilkan buah-buah keikhlasan dalam setiap jiwa pelakunya. Disana dibutuhkan kesabaran atas rintangannya, ketaatan atas manhajnya, pengorbanan atas cobaannya dan kesungguhan atas apapun yang menimpa pelakunya.
  • §  Ia tidak bersama orang yang terburu-buru memetik buah sebelum masak, tetapi ia tidak pula bersama orang-orang yang hanya menunggu tapi tidak menanamnya.
  • §  Ia tidak bersama orang yang terburu-buru memetik kuncup sebelum mekar menjadi mawar, tetapi ia tidak pula bersama orang-orang yang menunggu kuncup tetapi tidak merawatnya
  • §  Ia tidak bersama orang yang berlebihan, tetapi ia pula tidak bersama orang yang enggan dan tidak berbuat sama sekali
  • §  Ia tidak bersama orang yang bertindak tanpa perhitungan, tetapi ia tidak pula bersama orang yang terlalu takut untuk berbuat
  • §  Ia tidak bersama orang yang mempersulit diri, tetapi ia tidak pula bersama orang yang menganggap enteng dan meremehkan
Disana pula dibutuhkan kehati-hatian atas tipu daya muslihatnya, kemayuran jabatan, kebesaran nama, kehormatan keturunan, sanjungan atas kerja-kerjanya, yang bisa jadi menumbuhkan sikap bangga diri, yang ujungnya kelak Allah tidak akan melirik kita. Sesungguhnya Allah tidak akan melihat seseorang yang dalam hatinya ada kesombongan meskipun sebesar zarah –biji sawi-

Ikhwah Fillah....
Kusampaikan beberapa  nasihat untuk jiwa ini terutama, syukur antum mampu membersamai kami mengambil hikmah dari semua seruan ini. Ikhwah fillah, dibutuhkan kesiapan diri dalam menapaki kerja da`wah :

Pertama, Siap menanggung beban sebagai tabiat


Ikhwah Fillah,
sungguh keberadaan kita pada pos da`wah terkadang banyak kendala dan cobaan disamping membutuhkan kesiapan lebih. Dapat saya katakan. Adakalanya berada pada pos-pos tugas membosankan bahkan menegangkan karena beban berat. Namun adakalanya menyenangkan karena fasilitas-fasilitas yang menggiurkan, tapi bagaimanapun kita sebagai kader da`wah harus siap di pos-pos tugas da`wah.

Ikhwah Fillah,
Tentang kesiapan di pos da`wah, saya jadi teringat sebuah seruan Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari, tatkala beliau memberikan taujih singkat bagi pasukan pemanah dalam perang Uhud. Beliau berseru, “berjagalah di pos kalian ini dan lindungilah pasukan kita dari belakang. Bila kalian melihat pasukan kalian berhasil mendesak dan menjarah musuh, janganlah sekali-kali kalian turut serta menjarah. Demikian pula andai kalian melihat pasukan kita banyak yang gugur, janganlah kalian bergerak membantu”, ya, apapun kondisinya seharusnya kita sebagai kader da`wah siap berada dalam pos-pos da`wah yang telah diamanahkan kepada kita.

Sekali lagi…

Amanah terembankan
Pada pundak yang semakin lelah.
Bukan sebuah keluhan,
Ketidakterimaan,…. Keputusasaan !
Terlebih surut langkah kebelakang.
Ini adalah
Awal pertempuran
Awal pembuktian
Siapa diantara kita yang beriman.

Wahai diri,
Sambutlah seruannya
Orang-orang besar lahir karena beban perjuangan
Bukan menghindar dari peperangan

Kedua,  Pemantapan Ruhiyah sebagai Motor Penggerak Utama


Ikhwah fillah,
Tidak ada satupun yang lebih besar pengaruhnya dalam jiwa, selain daripada menekankan ibadah, Keta’atan dan amalan-amalan Sunnah.Ruhiyah yang mantaplah yang akan menghubungkan hati dengan Allah, meneguhkan jiwa dalam menghadapi segala penderitaan, lulus menghadapi fitnah dan teguh diatas kebenaran.
Komponen dalam tahap ini adalah Ibadah, Tabattul, Qiyamul Lail.Dzikrullah, Tabattul, Tawakkal dan Ibadah pada-Nya adalah senjata satu-satunya dalam pertarungan. Ialah yang membekali kaum mu’minin dengan kesabaran dalam menghadapi cobaan, penyiksaan dan penghinaan. Para  penyeru da’wah sangat memerlukan senjata ini, dalam melaksanakan tugas da’wah yang selalu menghadapi berbagai rintangan dan ganguan. Jika tidak memperhatikan aspek Ruhiyah, Qiyamul Lail, aspek ibadah yang rutin dan berkesinambungan. Kader-kader da’wah pasti akan berjatuhan satu demi satu dan rontok oleh tribulasi. Karena panasnya konfrontasi dengan para thoghut akan mencair dihadapan kehangatan ibadah dan tabattul kepada Allah.

Ironis, bila seorang aktivis da`wah melalui malam-malamnya dengan tidur panjang. Sedang Rasulullah yang dijamin masuk syurga saja selalu menghabiskan malamnya dengan Qiyamul Lail hingga kakinya bengkak!. Kita berharap bahwa keimanan kita adalah keimanan yang hidup. Yang menjelma menjadi semangat besar yang mampu mengalahkan semua kelemahan dan ketidakberdayaan. Keimanan yang melahirkan ekspresi perkasa, membuat orang percaya bahwa dengannya kita mampu menghancurkan gunung, mengarungi lautan, dan melintasi seluruh marabahaya yang menantang kita. Sampai jelas Islam ini menang bersama kita dan kita menang bersamanya.Inilah pekerjaan-pekerjaan besar kita.

Memperluas wilayah pengaruh keimanan tersebut, agar semakin banyak dari umat ini yang memiliki iman-iman yang hidup. Iman yang  mendorong mereka secara sadar tunduk patuh pada ketetapan Allah dalam kehidupan ini. Sekecil apapun usaha kita kearah sana, maka ia adalah bagian yang penting untuk melengkapi keutuhan perjuangan yang kita bangun dengan berjama’ah.  Mungkin perlu kita maknai kembali tetes-tetes keringat dan guratan-guratan lelah pada diri kita. Bahwa semua itu adalah prestasi-prestasi besar yang harus kita hargai. Semua itu adalah instrument-instrumen penting dari sebuah kata singkat yang tidak sederhana PERJUANGAN!!

Tentunya setelah kesadaran itu hadir, tidak perlu lagi kelemahan dan keterlenaan. Dan futur pun hanyalah sekedar saat untuk beristirahat karena setelah karya besar siap ditorehkan, merampungkan perjuangan, menggapai kejayaan Islam.

Ketiga, Kerja cepat sebagai sebuah karakter

Ikhwah Fillah,
Kerja jihad adalah kerja yang membutuhkan pemenuhan segera, setiap seruan-seruan jihad dan kebaikan dalam Al Quran diawali kata-kata yang membutuhkan kesungguhan dan gerak cepat.
§  Berlomba-lombalah –QS. Al Baqarah : 148- (karena dunia ini adalah arena pertarungan).
§  bersegeralah, -QS Ali Imran 133- (karena sejarah tidak pernah menunggu antum)
§  bekerjalah, -QS At Taubah 105-(karena hanya mereka yang berusaha keras yang akan mendapatkan)
§  Berangkatlah, -QS At Taubah 41- (karena diam ditempat tidak akan mengubah keadaan)
 Kepada mereka yang tak segera menyambutnya Kami katakan Jangan salahkan, jika kalian tertinggal dalam barisan ini Sungguh seorang Rasulullah pun Tidak pernah menunggu seorang Ka`ab bin Malik sekalipun.

Keempat, ketaatan sebagai sebuah Akhlaq
Aktivitas pembinaan yang tertata, produktif, dan dilakukan secara jama`I adalah manhaj orisinal dalam Islam, tiada jama`ah tanpa keteraturan, tiada keteraturan tanpa jama`ah dan ketaatan menjadi kader kunci kekokohan jama`ah yang berujung pada produktifitasnya –muntijah- da`wah. Ketaatan merupakan kunci utama kekokohan sebuah jama`ah –organisasi-, sesholeh apapun kader jika ia tidak memunculkan sikap ketaatan maka tidak ada faedahnya bagi jama`ah –organisasi-

“berhati hatilah dengan keshalehan yang tidak taat, ia menipu jama`ah (organisasi) dengan keshalehannya dan menghancurkan jama`ah dengan ketidak taatannya.”


Ikhwah Fillah,
Coba kita renungkan bersama, kalimat-kalimat Allah berikut :
“tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” Al Quran Surat Yaasin ayat 36

Inilah ketaatan, alampun tunduk atas ketentuan Allah, jika sedikit saja ia melenceng dari ketentuan ini maka tunggulah kehancurannya, lalu dapatkah orang-orang berakal mengatakan
“saya bisa mencapai tujuan-tujuan besar jama`ah –organisasi- itu tanpa harus tunduk kepada aturan-aturan jama`ah?”  Atau “Aku menerima fikrah, konsep dan tujuan-tujuan jamaah tetapi aku tidak akan terikat dengan aturan jamaah. Dan aku tidak punya kewajiban dengan taat kepada siapapun” Lalu bagaimana pula dengan orang-orang yang mengatakan “Apa itu aturan-aturan yang membelenggu dan mengganjal harakah, biarkan kami bebas sebab kami bukan anak kecil lagi”, atau mengatakan “mengapa tidak anda biarkan saja para anggota –setelah ditarbiyah- untuk bergerak ditengah masyarakat, menyeru kepada Islam, tanpa mengikat mereka dengan aturan-aturan.”

Dapatkah seorang berakal mengatakan: 
“aku termasuk keluarga partai, aku percaya dengan segala pemikiran yang diserukannya. Akan tetapi, aku tidak mau terikat dengan aturan-aturan, struktur, manajerial, tugas-tugas dan perintahnya”. Ketaatan, yang oleh Hasan al Banna ditempatkan pada rukun ke enam dalam sepuluh rukun bai`at –arkanul bai`at- merupakan kesiapan perintah dan merealisasikannya dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, saat bersemangat maupun dalam keadaan malas. (Muhammad Abdullah al Khatib & M. A. Halim Hamid, dalam Konsep Pemikiran Gerakan Ikhwan, 2001)

Kefahaman akan ketaatan dibangun atas marhalah-marhalah –tahapan- yang harus ditapakinya oleh para peniti jalan ini. Ta`rif –pengenalan-, adalah  tahapan pertama, kader pada tahap ini tidak menghendaki ketaatan yang mutlak, sikap yang dituntut pada tahapan ini adalah sikap hormat terhadap aturan-aturan dan prinsip-prinsip umum organisasi –jama`ah-. Marhalah kedua adalah Takwin–pembentukan-, pada tahap ini system yang muncul adalah murni dalam aspek ruhani dan kemiliteran total dalam aspek operasional, syiar yang selalu melekat adalah “Sami`an wa Tha`atan”, tanda-tanda pertama adanya kesiapan pada tahapan ini adalah ‘ketaatan yang sempurna’. Sedang marhalah terakhir adalahTanfidz –pelaksanaan-. Dakwah tahapan ini adalah jihad –kesungguhan- yang tidak mengenal lelah, kerja yang berkesinambungan untuk mencapai tujuan, serta kesiapan menghadapi ujian dan cobaan. Keberhasilan da`wah pada tahap yang ketiga ini sangat bergantung pada ‘ketaatan yang sempurna’ pada marhalah sebelumnya.

“Da`wah ini tidak mengenal sikap ganda, ia hanya mengenal satu sikap totalitas. Siapa bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama da`wah dan da`wahpun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal bersama orang-orang yang duduk. Lalu Allah Ta`ala akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul beban da`wah ini” asy Syahid Hasan al Banna.

keLima, Keteguhan sebagai benteng jiwa


“Kenapa anda tidak duduk dan mendengarkan dulu?, seandainya anda menyukai nanti, anda dapat menerimanya. Sebaliknya jika tidak, kami akan menghentikan apa yang tidak anda sukai itu”. Demikian ujar Mush`ab bin Umair ketika Usaid bin Hudhair, kepala suku kabilah Abdul Asyhal di Madinah menyentakkan lembingnya karena tidak suka dengan Mush`ab bin Umair yang melakukan da`wah fardhiyyah, door to door menawarkan Islam bagi masyarakat Madinah. Ketika kita menawarkan kebaikanpun, tidak semua orang akan senang dengan aktivitas kita, ada saja alasan dan argumen serta tindakan yang merintangi da`wah kita. Mereka mengacuhkan kita, Kepada mereka, Allah berfirman
“Maka sabarlah sebagaimana orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-Rasul, “Al-Quran Surat Al-Ahqaaf ayat 35.

Mereka menghujat kita Kepada kalian, Allah berfirman: “Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri kebelakang –kalah-. Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan”, Al Quran Surat Ali Imran ayat 111. Kepada kalian kukatan, “jangan bersedih jika antum mendengar kata-kata kasar, karena kedengkian itu sudah ada sejak dulu, bersemangatlah menghimpun keutamaan dan ketekunan, tinggalkanlah celaan orang yang mencela atau mendengki”.

Keenam, Pengorbanan sebagai semangat jiwa

Hai diriku, Ayo berperanglah supaya kamu mati
Itu, lihatlah telaga surga telah menantimu 
Apa yang selalu kamu angankan
Sekarang sudah kamu temukan
Ayo susul mereka berdua
Jangan sampai terlambat, nanti kamu bisa celaka.

Hai  diriku,
Apa lagi yang kamu inginkan
Istrimu pasti akan kamu tinggalkan, dan budak-budakmu pasti akan menjadi merdeka
Piring-piring kecil itu untuk Allah dan Rasul-Nya

Hai, diriku
Masak kamu tidak suka surga
Bukankah sudah lama kamu mengharapkannya
Sekarang bersumpahlah kepada Allah bahwa kamu akan segera menempatinya
Apakah kamu akan terus begini melihat mereka berebut masuk?
(syair Abdullah bin Rawahah)

Shuhaib Ar Rumi ra, untuk dapat membersamai Rasulullah dalam hijrah ia rela menyerahkan seluruh hartanya kepada kaum Quraisy, mendengar berita itu Rasulullah bersabda: “Robiha Shuhaib, Robiha Shuhaib”-untung besar Shuhaib, untung besar Shuhaib-, lalu turun ayat “Diantara manusia ada yang menjual dirinya untuk mendapatkan ridha Allah” Al Quran Surat Al Baqarah ayat 245. Abu Dahdah segera memegang tangan Rasulullah sambil berkata: “saya telah meminjamkan kebun korma saya kepada Allah, di dalamnya terdapat 600 pohon kurma”, lalu ia menuju kebun tersebut, disana ada anak dan istrinya, kemudian Abu Dahdah memanggil “Wahai Ummu Dahdah keluarlah kamu dari kebun itu karena saya telah meminjamkannya kepada Allah”, dari Hayatus Shohabah 2/149 dalam Tarbiyah.

Ketujuh, cinta sebagai semangat da`wah

Seorang ‘Alim berujar tentang cinta
Jika engkau cinta
Maka da`wah adalah kefahaman
Jika engkau cinta
Maka da`wah adalah keikhlasan 
Jika engkau cinta
Maka da`wah adalah `amal 
Jika engkau cinta
Maka da`wah adalah jihad 
Jika engkau cinta
Maka da`wah adalah taat 
Jika engkau cinta
Maka da`wah adalah pengorbanan 
Jika engkau cinta
Maka da`wah adalah keteguhan 
Jika engkau cinta
Maka da`wah adalah totalitas 
Jika engkau cinta
Maka da`wah adalah kepercayaan 
Jika engkau cinta
Maka da`wah adalah persaudaraan

Kedelapan, keikhlasan sebagai puncak aktivitas

Ia adalah buah dari kefahaman. Kemauan beramal dan keyakinan akan pengawasan Allah.Dan syurga yang dijanjikan.
Seharusnya cukup untuk menghantarkan anda kepada gerbang keikhlasan.

Dari syadad bin Al Hadi ra.  Bahwa datang seorang laki-laki dari suku Badui menghadap Rasulullah, kemudian berkata: “Aku akan berhijrah bersamamu.” Rasulullah kemudian memberitahukan hal itu kepada sebagian sahabatnya. Pada suatu saat kaum muslimin berperang melawan kaum musyrikin, setelah selesai pasukan kaum muslim mendapatkan ghanimah (harta rampasan perang), kemudian orang tersebutpun mendapatkan bagiannya, “ini apa yaa Rasulullah?”


Rasulullahpun menjawab, “ini bagian untukmu,” Lalu orang itupun berkata “bukan untuk ini aku mengikutimu, aku mengikutimu agar aku terkena anak panah disini (sambil menunjukkan ke arah lehernya) dan aku mati lalu aku masuk syurga”. Rasulullah bersabda “jika kamu jujur kepada Allah dalam hal ini maka Allah akan mengabulkannya”. Mereka beristirahat sejenak kemudian menuju sebuah peperangan menghadapi musuh. Maka orang tadi dibawa kehadapan Rasulullah Rasulullah dalam keadaan terkena anak panah persis dibagian lehernya seperti yang ia isyaratkan sebelumnya. Rasulullah bertanya “apakah ini orang yang tadi?” mereka menjawab, “benar yaa Rasulullah”. Rasulullah pun bersabda “ia telah jujur kepada Allah, maka Allah mengabulkannya”. Kemudian Rasulullah menshalati dan berdo`a untuknya “Ya Allah inilah hamba-Mu, keluar dalam rangka hijrah di jalan-Mu, maka ia terbunuh dalam keadaan syahid dan aku saksi atas hal ini.” Diriwayatkan oleh Nasa`i. Shahabat itupun tidak pernah dikenal namanya dalam sejarah, hingga saat ini !!!

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya”, AL Qur`an surat Al-Kahfi ayat 110.

Kesembilan, syurga sebagai balasannya. 

Kenapa kita jual murah jiwa kita
Kita seorang Muslim
Nilai jiwa kita adalah syurga
Yang seluas langit dan bumi
Tidak ada yang lain

Saya jadi teringat sebuah ucapan
jangan tetapkan harga dirimu kecuali dengan syurga. Jiwa orang beriman itu mahal, tapi sebagian dari mereka justru menjualnya dengan harga murah”, ujar Hasan Al Bashri yang dinukil Aidh Al Qarni dalam bukunya Laa Tahzan

Ikhwah Fillah…
inilah mereka yang berbahagia, menjual dirinya dengan syurga, mereka adalah para perindu syurga dan sungguh Allah berkenan mengumpulkan mereka pada apa yang mereka rindukan. Abu Bakar sangat berbahagia dengan ayat, “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu yang menafkahkan hartanya di jalan Allah untuk membersihkannya” Al Quran surat Al Lail ayat 17-18.
§  `Umar sangat bahagia dengan hadist Rasulullah, “Aku melihat sebuah istana putih di syurga. Lalu aku bertanya, “untuk siapa istana itu?”. Dikatakan kepadaku, “untuk Umar bin Khathab”.
§  Utsman sangat bahagia karena do’a Rasulullah, “Yaa Allah ampunilah utsman apa yang telah lalu dan yang akan datang”.
§   Ali demikian bahagia atas sabda Rasulullah, “Dia (Ali) adalah lelaki yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dicintai Allah dan Rasul-Nya"
§  Sa`ad bin Mu’adz demikian bahagia atas sabda Rasulullah, “Bergoyanglah `Arsy Yang Maha Pengasih karenanya”.
§   Abdullah bin `Amr Anshari sangat bahagia dengan adanya sabda Rasulullah, “Dia diajak bicara Allah langsung tanpa penerjemah”.
§  Sedang Hanzhalah, “Dia dimandikan oleh para malaikat Dzat Yang Maha Pengasih”.
§  Fatimah Az Zahra adalah, Wanita pertama yang akan memasuki Syurga.
§   Keluarga Yasir, bergembira atas sabda Rasulullah, “Bergembiralah kalian, hai keluarga Yasir. Sesungguhnya tempat kalian adalah Syurga”.
§  Hamzah bin Abdul Muthalib, bergembira atas sabda Rasulullah, “Jibril datang kepadaku untuk mengabarkan bahwa Hamzah bin Abdul Muthalib dicatat oleh para malaikat penghuni langit lapis tujuh sebagai singa Allah dan singa Rasul-Nya”.
§  Nasibah binti Ka`ab bergembira atas sabda Rasulullah, “Nasibah binti Ka`ab tidur di Syurga Baqi` bersama pada shaddiqin dan para syuhada`. Dari tempatnya yang tinggi dibumi, ia naik ke tempat yang lebih tinggi lagi di langit”.
§  Ja`far bin Abu Thalib, bergembira ketika Rasulullah bersabda, “Aku melihat Ja`far di syurga punya sepasang sayap yang berlumuran darah”.
§  Abdullah bin Rawahah bergembira ketika Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik orang ialah Abdullah bin Rawahah”
§  Amr bin Al Jamuh, bergembira tatkala Rasulullah bersabda, “Demi Allah yang jiwaku berada ditangan-Nya, aku melihat kaki pincang Amr bin Al Jamuh melangkah ke syurga dengan tertatih”.
Pada akhirnya… 
Sejarah memberikan kesaksian kepada kita bahwa keagungan dan kebahagiaan telah menyerahkan pusat kendalinya kepada orang-orang yang teguh dan ta`at dalam medan perjuangan. Di lingkungan ini tumbuh manusia-manusia yang mampu memikul tanggung jawab sejarah dan bukan melepaskan tanggung jawab peradaban.
✰◠◡◠✰◠◡◠✰◠◡◠✰ ✰◠◡◠✰◠◡◠✰
"Beruntunglah orang-orang yang memperbarui trs smgtnya dlm setiap pergantian wktu,menjga niatnya tetap dlm kebaikan&menemukan Allah dlm setiap gerak langkhny.Kuatkan kesabaran dan ikatan kepadaNYA

“Hasbunallah Wa Ni’mal Wakil Ni’mal Maula Wa Ni’man Nashir”

Ketika wajah penat memikirkan dunia,maka berwudhu lah…
Ketika pundak tak kuasa memikul amanah maka bersujudlah…
Ikhlaskannya agar semuanya tunduk,disaat yg lain angkuh…
agar tangguh disaat yg lain runtuh…
agar tegar disaat yg lain terlempar…
dan ingat hanya Allah lah tempat kita untuk bergantung…
Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir…
“Ingatlah, dengan mengingat Allah dapat menentramkan hati” (Ar Ra’d:28)
————————————————————————————————————————
Opick – kembali pada Allah
hasbunallah wa ni’mal wakil
ni’mal maulana wa ni’man nashir
bila hati gelisah
tak tenang, tak tentram
bila hatimu goyah
gelisah, merana
jauhkah diri ini dari Tuhan, dari Allah
hilangkah dalam hati dzikirku, imanku
hanya dengan Allah
hatimu akan menjadi tenang
dengan mengingat Allah
hilangkah semua kegelisahan
cukuplah hanya Allah
hati bergantung, berserah diri
———————————————————————————————————————–
cukuplah Allah sebagai pelindung dan Allah sebaik-baiknya penolong…

Rabu, 11 Mei 2011

Tanggal Berapa Nabi Muhammad lahir?

Selama ini umat Islam di Indonesia pada tanggal 12 rabiul awal,banyak yang merayakan hari kelahiran beliau,atau menjadikan momentum perubahan kearah lebih baik dan juga sering disampaikan substansi perayaan maulid nabi,bahkan sampai-sampai tanggal 12 rabiul awal diliburkan oleh pemerintah. Jika kita sedikit bertanya atau menilik sejarah rasul,sebenarnya tahu dari mana bahwa kapan rasul dilahirkan?Apakah memang ada hadits yang menjelaskannya atau dapat digunakan metode ruyat dan hisab dalam menghitung kelahiran nabi Muhammad SAW,coba kita tilik sejarahnya yang dapat menambah wawasa,karena tanggal kelahiran ini sudah diperbincangkan oleh ulama-ulama masyhur terdahulu dan juga ulama-ulama zaman sekarang

Sejarah Maulid Nabi

Kita ketahui dari dulu bahwa saat rasul lahir,seorang Raja bernama Abrahah ingin menghancurkan kabah pada tahun gajah karena tempat ibadahnya di Yaman sana “kalah laku”.Pada saat ini pula rasul lahir yang berarti menurut sejarah Rasul lahir pada Tahun gajah.
Di antara dalil yang memperkuat kelahiran Nabi saw jatuh di Tahun Gajah ialah hadits yang diriwayatkan Ibnu Ishaq yang berkata, “Muthallib bin Abdullah bin Qais bin Makhramah bercerita kepadaku, dari ayahnya, dari kakeknya Qais bin Makhramah yang berkata, ‘Aku dan Rasulullah n dilahirkan di Tahun Gajah. Kami berusia sebaya’.” Dzahabi dalam Tarikhul Islam, hal. 23, ia mengatakan, “Sanadnya baik.”

Dalil lain pada riwayat Ibnu Saad yang dinyatakan shahih,juga dalam Buku sakti Ibnul Qayyim Zadul Ma’ad dinyatakan bahwa tidak ada perselisihan ulama bahwa Rasulullah lahir di Tahun Gajah.Jadi tentunya para ulama sepakat bahwa Nabi dengan jelas lahir pada Tahun Gajah,dan Tahun gajah dapat diketahui pada tahun berapa sebenarnya Tahun Gajah dalam Masehi

Bulan dan Hari Rasul Lahir

Para Ulama juga menyepakati bahwa Rasul lahir pada bulan Rabiul awal,dan hal ini didukung oleh banyak dalil.Dan bagaimana dengan hari rasul lahir.Ternyata ada hadits yang menyebutkan dengan jelas bahwa beliau lahir pada hari senin. hadits riwayat Abu Qatadah bahwa Rasulullah saw ditanya tentang puasa hari Senin. Beliau menjawab, “Itu adalah hari aku dilahirkan dan hari aku diutus atau diturunkan wahyu (pertama) kepadaku.”Dengan data seperti ini,dapat diketahui dan dihitung bahwa rasul lahir pada tahun berapa dan tanggalnya juga dengan berbagai metode membadingkan berbagai macam sumber.Sehingga para ulamapun dari dahulu sudah memberikan pendapat tentang tanggal lahirnya rasul.Coba kita lihat pendapat para ulama

Ibnu Katsir menuturkan, “Ada yang mengatakan pada malam kedua bulan Rabi’ul Awwal.
Ini dinyatakan Ibnu Abdil Bar dalam Al-Isti’ab dan diriwayatkan Waqidi dari Abu Ma’syar Najih bin Abdurrahman Al-Madani.

Ada juga yang mengatakan bahwa beliau lahir pada hari ke delapan bulan Rabi’ul Awwal. Pendapat ini diceritakan oleh Humaidi dari Ibnu Hazm dan diriwayatkan Malik, ‘Uqaili, Yunus bin Yazid dan lainnya dari Zuhri, dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im. Abu Khaththab bin Dihyah dalam kitabnya At-Tanwir fi Maulidil Basyirin Nadzir menguatkan pendapat kedua ini.

Ada lagi yang mengatakan beliau lahir pada sepuluh Rabi’ul Awwal. Pendapat ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir dari Abu Ja’far Al-Baqir dan Mujalid dari Sya’bi.
Ada juga yang menyatakan bahawa beliau lahir tanggal 12 rabiul awal, ini ditegaskan Ibnu Ishaq dan diriwayatkan Abu Syaibah dalam Mushannafnya dari ‘Affan, dari Sa’id bin Mina, dari Jabir dan Ibnu Abbas.Namun haditss ini dhaif karena ada sanadnya yang terputus (oleh Ibnu Katsir dan juga dalam Sirah Ibnu Hisyam)

pendapat yang benar dari Ibnu Hazm adalah pendapat yang menyatakan Rasul lahir tanggal delapan Rabi’ul Awwal, sebagaimana diceritakan oleh Humaidi. Dan inilah yang paling kuat.”Ibnu Katsir menyebutkan bahwa banyak pendapat yang tidak didukung oleh dalil shahih.( Al Bidayah Wa-Al Nihayah,Ibnu Katsir ,Azzam)

Ditengah beragam pendapat ini , ada baiknya kita melihat para pakar astronomi menilai pada hari senin ditahun gajah itu pada tanggal berapa? Banyak dari pakar yang menetapkan kelahiran beliau pada tanggal 9 atau malam ke-9 Rabi’ul Awwal. Di antaranya Ustadz Mahmud Basya (w. 1302 H) sebagaimana tertulis dalam catatan pinggir kitab Al-Kamil fit Tarikh, I : 270, karya Ibnu Atsir.

Abdullah bin Ibrahim bin Muhammad Sulaim dalam bukunya Taqwimul Azman fi Tahqiqi Maulidin Nabi, menyatakan sebagai berikut, “Diriwayatkan dalam kitab-kitab tarikh dan sirah bahwa Nabi saw. dilahirkan pada hari senin tanggal 10 Rabi’ul Awwal. Pendapat lain, tanggal 8 dan 12 Rabi’ul Awwal. Telah terbukti dari periwayatan yang shahih tanpa menyisakan keraguan bahwa beliau lahir pada 20 April 571 M (yang disebut juga sebagai Tahun Gajah). Juga
telah terbukti melalui jalan periwayatan yang shahih bahwa hari wafat beliau jatuh pada tanggal 13 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriah yang bertepatan dengan 8 Juni 632 M.

Selama tanggal-tanggal ini telah terbukti benar dan diakui, maka hari lahir dan wafat beliau dapat diketahui secara tepat, termasuk usia beliau. Yakni dengan mengubah jumlah tahun Masehi tersebut menjadi hari, hasilnya adalah 22.330 hari. Kemudian jumlah hari ini diubah menjadi tahun Hijriah, di mana perhitungan selisih hari setiap tahunnya dengan hitungan tertentu dan didapat kesimpulan. Dengan demikian, usia beliau saw. adalah 63 tahun 3 hari. Hasil hitungan ini sesuai dengan pendapat mayoritas ulama bahwa permulaan tahun hijriah (1 Muharram 1 H) jatuh pada tanggal 16 Juli menurut ru’yah, sedang menurut hisab tanggal 15 Juli. Atas dasar ini, hari lahir Nabi saw. jatuh pada hari senin 9 Rabi’ul Awwal tahun 53 sebelum hijrah dan bertepatan dengan 20 April 571, baik menurut ru’yah maupun hisab.”

Juga pada Sirah Nabawiyah yang saat ini banyak beredar(Juara 1 Lomba penulisan sirah rabitah Alam Al  Islami(,dewan ulama dunia) dari Syaikh Shayifurrahman Mubarakfury pun menuliskan bahwa 9 Rabiul awal merupakan lahirnya Muhammad SAW didukung dengan dalil-dalil tentang tahun gajah, runtuhnya sepuluh balkon istana Kisra, padamnya api yang biasa disembah oleh orang-orang Majusi, dan runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhairah yang diketahui melalui hadits dan juga catatan sejarah.Dan juga menggabungkan penelitian ilmiah ahli-ahli astronomi.

Hal yang menarik ialah ketika perayaan maulid sering dipaparkan,bahwa kita harus mempelajari sirah nabi.Dengan mempelajari sirah dengan baik,maka akan menambah wawasan kita dan mengambil pelajaran dari sejarah.Bahwa kita harus sering mencari tahu,bahwa tidak semua yang kita ketahui memang benar,apalagi dalam hal sejarah.Sejarah memang tidak dapat dipastikan kebenarannya ,tidak seperti periwayatan hadits shahih dan hasan yang dalam metodenya akan jelas sampai kepada orang yang meriwayatkannya pertama kali.Jika sejarah ,riwayat-riwayatnya tidak dapat disusuri,namun dapat diteliti dengan catatan-catatan,juga peninggalan.

Wallahu a'lam


Rujukan: Al Bidayah wa al Nihayah ,Ibnu Katsir
Sirah Nabawiyah,Syaifurrahman Mubarakfury

Jumat, 06 Mei 2011

Sabar Nak!...

  Pintu kamar itu tertutup. Segala kegundahan dan kejengkelan yang ia dapatkan siang ini ditumpahkan dengan tangis yang terisak. Dengan menutup wajah dengan bantal yang sudah mulai basah oleh air mata Ukhti berusaha tegar. Hatinya teriris, tak tahu harus menyalahkan siapa. Mereka yang ngomong, keadaan ataukah takdir?
Ibundanya yang sejak tadi memperhatikan raut muka Ukhti ketika masuk kamar juga mulai gelisah. Tidak seperti biasanya anak gadisnya yang sekarang berusia 27 tahun itu uring-uringan. Diketuklah pintu kamar itu dengan perlahan, "Nak, buka pintunya, ibu mau masuk!" Mendengar ibunya yang mengetuk pintu, segera Ukhti membukanya setelah sebelumnya berusaha menghapus air mata yang masih meleleh di pipinya.
Ia segera memeluk ibunya. Ia tumpahkan semuanya ke dalam dekapan sang ibu yang memang oleh Allah diberikan sifat menenangkan dan menyejukkan hati anak-anaknya. "Kenapa nak, pulang undangan kok nggak ceria seperti biasanya, khan temanmu itu yang nikah?" Ukhti belum mampu menjawab pertanyaan ibundanya. Tangisnya kembali pecah.
Mengetahui anaknya seperti itu, ibunya membiarkannya sampai tangisnya berhenti. Dirapikannya jilbab anaknya yang tampak kusut. Beberapa saat kemudian Ukhti tampak mulai tenang dipelukan ibundanya. "Ini bu, tadi pada saat ketemu teman-teman di acara pernikahan itu. Sebagian besar teman-temanku sudah berumah tangga ternyata. Bahkan sebagian lagi sudah punya anak. Semua pada nanyain Ukhti kenapa belum nikah ?" Ukhti berusaha tenang dan duduk di pinggir ranjang. Begitu juga ibunya.
"Yang bikin jengkel Ukhti ketika mereka mengatakan kalau nikah diduluin adiknya biasanya susah dapat jodoh katanya, belum lagi yang lain memamerkan anak-anaknya ke dapanku sambil mengatakan kalau Ukhti seharusnya sudah menikah, takutnya kalau kelewat umur akan susah punya anak." Kali ini ibundanya menarik nafas panjang. Kalau mau jujur, bukan bagi Ukhti saja beban itu tertumpu. Tapi juga bagi ibu dan keluarga besarnya.
Setahun yang lalu memang adik Ukhti duluan mengakhiri masa lajang. Melewati dua orang kakaknya. Sebentar lagi kakak Ukhti juga akan segera menikah. Jadilah Ukhti yang di tengah-tengah kelewat. Mungkin bagi beberapa orang tua hal itu sangat menggelisahkan kalau sang kakak diduluin adiknya. Padahal tidak ada syariat yang mengatur kalau pernikahan harus urut sesuai umur.
"Sabar nak, Allah masih belum mempertemukan kamu dengan jodohmu. Nggak masalah siapa yang harus duluan, karena jodoh itu mutlak rahasianya Allah. Kita hanya bisa ikhtiar dan berdo’a saja," ibundanya menasehati. "Nggak usah terlalu dimasukkan hati apa kata orang dan apa kata teman-temanmu, semua orang punya ujian sendiri-sendiri, mungkin saja Allah sedang menguji kesabaranmu untuk kelak dipertemukan dengan jodohmu yang sholeh."
Di masyarakat kita memang sebagian menganggap bahwa pernikahan yang baik adalah kalau orang tua bisa menikahkan anak-anaknya urut sesuai umur. Sehingga kalau harus melangkahi sang kakak akan menjadi beban psikologis tersendiri bagi sang kakak yang dilewati maupun keluarganya. Akan jadi lebih berat kalau sang orang tua juga meyakini hal itu. Tentu beban berat akan disandang oleh sang kakak.
Kalau kita fikir dengan hati yang jernih harusnya kita malu dengan aturan atau kebiasaan seperti itu. Tidakkah kita ingat bahwa jodoh, lahir, maut itu sudah ada catatan yang lengkap di Lauhil Mahfudz? Apapun usaha kita tetap saja takdir Allah yang akan terjadi. Kita hanya wajib berusaha dan berdo’a, selebihnya serahkan hasilnya kepada Yang Menggenggam Takdir. Karena tanggal perkawinan, siapa jodoh kita, kapan rizki turun kepada kita dan kapan malaikat maut mendatangi kita adalah hak-Nya.
Belum lagi mitos di masyarakat kita yang mengatakan kalau sudah umur 30 bagi perempuan akan seret jodohnya, akan sulit punya anak atau bila perlu harus dibawa ke dukun untuk dibuka tabir jodohnya. Naudzubillah min dzalik.
Bahkan di beberapa daerah sampai ada yang harus menaruh foto di pohon yang tinggi atau fotonya ditaruh di laut agar jodohnya segera nyangkut. Masya Allah.
Percayalah pada saat kita datang ke dukun untuk minta bantuan agar jodoh kita segera dibuka, pertama kali yang akan ditanyakan pasti: apakah dulu sudah ada yang pernah hendak melamar, atau pernah ada yang naksir tapi tidak diterima atau bahkan siapa mantan pacarnya dulu. Dan begitu kita jawab ada, pasti syetan yang membisiki si dukun akan menjadikan orang yang kita sebut sebagai target atau orang yang harus dicurigai. Itulah akal-akalan syetan. Bahkan kadang-kadang sampai berani mengatakan bahwa jodohnya ditahan sama mantannya. Begitu kita percaya maka prasangka yang macam-macam akan bergelayut di otak kita. Yakin yang akan kita curigai bukan seorang semata, pasti termasuk keluarga besarnya. Begitulah memang cara keji syetan menggelincirkan kita.
Dari situ biasanya sang dukun juga memberikan "resep balasannya", sehingga tanpa sadar akan terjadi saling curiga dan bermusuhan. Padahal sebenarnya syetan pun tidak akan tahu siapa dan kapan jodoh kita akan datang, karena itu adalah hal ghaib yang tak mungkin mereka mengetahuinya. Karena kalau syetan tahu takdir manusia tentu akan dibocorkannya kepada manusia agar bisa terlepas dari takdir yang mungkin tidak baik baginya.
Akan berbeda keadaannya kalau sang kakak yang dilewati mapun keluarga besarnya menganggap pernikahan yang harus tidak urut sebagai sesuatu yang biasa saja, sesuai kehendak Allah SWT. Kalaupun kalau salah satu dari anak atau saudara kita yang harus di duluin adiknya seharusnya tetap saja kita harus ber-khusnudhon kepada Allah. Karena ujian dari Allah terhadap umatnya pasti berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat kedekatan dan ketaqwaan seseorang kepada Allah pasti ujiannya akan semakin berat. Tentu para nabi dan Rasul yang akan menerima ujian paling berat. Beda dengan ujian yang biasa dilakukan oleh manusia. Pada saat UN tingkat SMA tentu soalnya akan sama di setiap sekolah dan bagi semua peserta ujiannya. Kalau Allah menguji kita pasti dengan "keunikan cara"-Nya. Dan tidak akan sama ujian satu orang dengan yang lainnya. Subhanallah.
Jadi sangat tidak layak kalau kita membandingkan ujian orang lain dengan diri kita karena memang beda. Bisa jadi Allah menunda jodoh seseorang karena itu demi kebaikannya, atau Allah sedang mempersiapkan dia untuk kelak dipertemukan dengan imam keluarga yang sholeh dan bisa membawa keluarganya ke dalam ridho-Nya.
Atau bahkan kita yang justru diberi Allah kemudahan ketemu jodoh, memiliki anak yang lucu-lucu dan tanpa kita sadari kelak justru akan jadi ujian yang berat bagi kita. Wallahu a’lam. Yang jelas kita harus yakin apa yang dijanjikan Allah dalam Qur’an surat An-Nuur ayat 26, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."
Maka bersabarlah dan ridholah terhadap semua ketentuan / takdir Allah bagi kita. Karena Allah-lah yang jauh lebih tahu kebutuhan kita dari pada kita sendiri. Dan jangan lupa kesabaran sesorang akan mengangkat derajat manusia di hadapan Allah, dan kalau kita sudah dimuliakan Allah semua makhluk juga akan memuliakan kita. Dan bisa jadi Allah menjadikan waktu penantian itu sebagai ladang amal bagi kita kalau kita ikhlas menerimanya. Wallahu a’lam.